Minggu, 12 Juli 2009

15 Pengertian Komunikasi dari para ahli...

Ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.

Pemahaman komunikasi sebagai proses searah pada intinya memfokuskan pada proses penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat instrumental dan persuasive. Dari konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah tersebut, ada beberapa definisi yang muncul yang sesuai dengan konsep terebut, yaitu :


Menurut Bernard Barelson dan Gary A. Steiner, Komunikasi adalah transmisi informasi ngagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan symbol-simbol , kata-kata, gambar, figura, grafik, dan sebagainya. Tindakan transmisi itulah yang disebut komunikasi.

Menurut Theodore M. Newcoloumb, Komunikasi adalah suatu transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan yang diskriminatif dari sumber kepada penerima.

Menurut Carl I. Hovland, Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).

Menurut Gerald R. Miller, Komunikasi adalah proses yang terjadi ketika suatu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

Menurut Everett M. Rogers, Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah tingkah laku mereka.

Menurut Raimond S. Ross, Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.

Menurut Marry B. Cassata dan Molefi K. Asante, Komunikasi adalah transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak.

Menurut Harold Lasswell, Komunikasi adalah “Who Says What In Channel To Whom With What Effect” dimana seorang komunikator mengatakan sesuatu yang ingin disampaikan melalui cara apa kepada komunikan dan bagaimana pengaruh yang ditimbulkan.

Yang kedua adalah konseptualisasi komunikasi sebagai interaksi. Pemahaman dari konsep ini pada intinya mengatakan bahwa proses komunikasi yang terjadi disini merupakan komunikasi yang menimbulkan umpan balik (feed back), dimana dalam proses komunikasi ini terjadi proses saling mempengaruhi antara komunikator dengan komunikan.dalam hal ini komunikasi merupakan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi.

Yang ketiga adalah konseptualisasi komunikasi komunikasi sebagai transaksi. Pemahaman dari konsep ini pada intinya komunikasi dalam hal ini bersifat dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Dari pemahaman konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi timbul definisi tentang komunikasi yang sesuai dengan konsep tersebut. Yaitu :

Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot, Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna.

Menurut Donald Byker dan Loren J. Anderson, Komunikasi adalah berbagai informasi antara dua orang atau lebih.

Menurut William I. Gorden, Komunikasi adalah transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.

Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.

Menurut Stewart L. Tubs dan Sylvia Moss, Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.

Menurut Diana K. Iva dan Phil Backlund, Komunikasi adalah proses yang terus berlangsung dan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan dengan tujuan berbagai makna.

Menurut Karl Erik Rosengren, Komunikasi adalah interaksi subyektif purposif melalui bahasa manusia yang berartikulasi ganda berdasarkan symbol-simbol.


Menurut Pratiwa Dyatmika, Komunikasi adalah upaya mengungkapkan sesuatau yang ada di dalam diri kita kepada sesuatu yang ada di luar kita, apapun caranya, dan Komunikasi adalah satu-satunya hal yang tidak mungkin tidak dilakukan satupun manusia di dunia ini.

*dalam buku ilmu komunikasi suatu pengantar karangan Prof. Deddy Mulyana

Tak selamanya kebahagiaan dari kemewahan

Tak selamanya kemewahan, benda berharga ialah sesuatu yang mahal.
Disini tak ada lampu yang menyinari, tapi aku menjadi tahu bahwa Tuhan menciptakan bintang dan bulan untuk menyinari alam ini sewaktu malam.
Disini tak ada televisi sebagai tontonan dan hiburan, tapi aku menjadi tahu bahwa Tuhan menciptakan alam, hutan, sungai sebagai pemandangan yang cukup indah.
Disini tak ada AC maupun kipas angin, tapi aku menjadi tahu bahwa Tuhan menghembuskan nafasnya yang menjadi angin sepoi-sepoi di malam hari.
Disini tak ada game elektronik, tapi aku menjadi tahu bahwa Tuhan memberikan permainan-permainan dalam hidup ini yang harus kita selesaikan.
Disini tak ada Satpam maupun polisi, tapi aku menjadi tahu bahwa Tuhan selalu ada untuk menjaga dan menyediakan orang lain untuk saling mengingatkan dan melengkapi.
Disini tak ada Suara-suara musik yang merdu,tapi aku mejadi tahu bahwa Tuhan menciptakan suara-suara lewat burung dan gemercik air yang harmonis.
Dengan ini aku menjadi tahu bahwa kasih menjadi sesuatu hal yang mahal, mewah dan sangat berharga.
Karna disini aku menemukan banyak kasih dari orang lain.

Dimanakah film kartun Indonesia?


Televisi di jaman ini tidak lagi menjadi barang yang sangat berharga dan langka. Televisi menjadi satu barang yang biasa, hampir setiap keluarga memilikinya, bahkan bagi mereka dari keluarga yang termasuk dalam kategori lebih dari cukup memiliki telivisi lebih dari satu. Televisi menjadi satu barang yang penting di jaman yang serba maju ini, terlebih lagi di negara demokrasi. Televisi akan menjadi sarana media yang sangat ampuh.
Telivisi akan menjadi sangat disenangi oleh semua kalangan, tidak hanya kaum dewasa dan remaja, sekarang anak-anak juga sangat tergantung dengan benda elektronik ini. Tidak hanya sebagai penonton atau pemirsanya saja, tetapi juga terlibat dalam proses penayangannya.
Karena kelebihannya sebagai media yang audio-visual, maka televisi memiliki banyak fungsi. Salah satunya sebagai media untuk sarana pembelajaran dan pengetahuan. Proses pembelajaran seseorang tidak akan pernah ada hentinya, selama ia hidup ia akan dapat terus belajar dan belajar. Dan sarana pembelajaran yang semakin baik adalah saat ia semakin banyak menggunakan indera manusia. Daya efektifitas pembelajaran semakin tinggi. Oleh karena itu, tidak sedikit proses pembelajaran yang terbentuk selain di sekolah adalah dengan menonton televisi.
Televisi membawa dampak yang luas, negatif ataupun positif. Proses pembelajaran dan penambahan pengetahuan salah satu dampak yang positif. Itu semua sangat dipengaruhi oleh apa yang ditayangkan oleh stasiun televisi itu.
Berkaitan dengan apa yang ditayangkan, anak-anak menjadi sangat rawan terhadap benda yang satu ini. Pola pikir anak-anak yang masih rentan, sangat mudah dipengaruhi oleh apa yang mereka tonton. Mereka akan banyak meniru dan mencontoh apa yang mereka lihat. Apabila bagi mereka itu dianggap baik dan bagus maka dengan segera mereka akan mengikutinya. Bahkan tidak hanya dari segi gaya, tetapi juga hingga pada tingkah laku. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengawasan yang sangat ketat dari pihak orang tua, untuk mendidik dan membatasi tayangan apa yang cocok untuk ditonton oleh anak-anak mereka. Karena banyak tayangan yang berjubahkan serial anak-anak, akan tetapi banyak yang tidak pas dan tidak cocok dengan karakter mereka sebagai anak-anak. Ketidakcocokan yang ada lebih dikarenakan oleh waktu yang kurang tepat atau faktor budaya.
Bagi anak-anak tayangan yang sangat mereka gemari mayoritas ialah film atau serial kartun di televisi. Film kartun mengundang perhatian mereka, selain lucu, dan menarik, cerita yang diangkat cenderung ringan dan mudah dimengerti. Ini semua karena target sasarannya ialah anak-anak. Disini juga dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran anak-anak. Akan tetapi, tidak setiap film kartun itu bersifat edukatif dan cocok untuk anak-anak, masih harus banyak yang disensor.
Sebagai contoh ialah serial kartun ”Shincan”. Banyak hal yang kurang mendidik dan berbahaya dari serial kartun ini jika dibiarkan begitu saja anak-anak menonton sendiriran tanpa pendampingan. Karakter tokoh Shincan sebagai anak yang ”mata keranjang”, ”tidak nurut orang tua”, ”jail” ini yang cukup berbahaya. Karena akan menjadi sangat aneh saat usia mereka masih anak-anak sudah berpikir tentang lawan jenis, menggodanya, bahkan guru mereka sendiri hingga bisa berpikiran jorok. Hal ini dapat membuat anak-anak yang menonton yang tadinya “bersih” kemudian menjadi mempunyai pemikiran seperti Shincan.
Tidak hanya itu, kejailan dan ketidak nurutan terhadap orang tua-pun dapat diwariskan kepada anak-anak yang menontonnya. Mereka sepertinya hanya menonton tapi, disitu sebenarnya mereka menangkap apa yang mereka lihat bahkan mereka akan mengingatnya. Mereka seperti diajarkan sesuatu oleh film tersebut. Kejailan dan sifat yang tidak nurut orang tua yang ditunjukkan oleh Shincan, dapat sangat menunjukkan bahwa sebenarnya tayangan ini hanya berjubahkan anak-anak, tidak cocok dengan karakter seusianya. Akan tetapi, televisi yang bersifat mengikat ini membuat anak-anak susah untuk melepaskan media ini. Mereka seperti ketagihan untuk menonton apa yang sudah menjadi kebiasaan mereka tonton, walau mungkin episodenya sama.
Disini sangat tampak bahwa stasiun televisi yang menayangkan film-film seperti ini, hanya mengejar pasaran, mengejar rating, hingga akhirnya tawaran iklanpun menumpuk, walaupun sebenarnya mereka tahu bahwa tayangan yang mereka tampilkan tidak cocok dengan waktu dan berbahaya bagi anak-anak. Tingkat komersialitas menjadi hal yang lebih diutamakan daripada kualitas siaran dan tayangan. Dan yang menjadi dampaknya ialah anak-anak. Anak-anak harus dikorbankan untuk ini semua.
Komersialitas demi keberlangsungan suatu stasiun televisi yang memaksa mereka untuk juga dengan terpaksa menayangkan tayangan-tayangan yang kurang berbobot. Keterbatasan tayanganpun juga menajdi salah satu faktor juga.
Keterbatasan tayangan dimaksud ialah saat stasiun televisi tidak ada pilihan lain untuk menayangkan siaran apa. Shincan adalah salah satu produk film kartun luar negeri dan hampir keseluruhn film kartun yang ditayangkan di televisi di Indonesia ini ialah film kartun dari luar. Perbedaan kebiasaan dan tingkah laku serta budaya, juga dapat menyebabkan saat film tersebut diputar di dalam negeri menjadi tidak cocok, ada kejanggalan dan tidak mendidik, karena ada latar belakang budaya yang berebeda. Karena proses pembuatannya pasti didasari dari latar belakang budaya juga.
Lalu yang akan menjadi pertanyaan dimanakah film kartun hasil ciptaan anak negeri? Karena bagaimanapun juga film hasil karya anak negeri sendiri lebih cocok dengan kebiasaan dan budaya disini.
Inilah yang dimaksud dengan tingkat komersialitas sekarang menjadi hal yang primer dari suatu stasiun televisi. Mereka terpaksa bersaing dengan bahan-bahan yang seadanya, mereka kurang dapat ”survive” untuk menjaga kualitas siaran dengan siaran yang mendidik dan berbobot, sekalipun film kartun.
Karena film kartun sangat digemari oleh anak-anak. Anak-anak mulai menyenangi film dari mulai tayangan anak-ank, seperti kartun. Jika, sejak kecil mereka sudah mulai membiasakan untuk menonton film-film dalam negeri, maka ketik dewasa mereka juga akan menghargai dan menggemari film-film hasil karya dalam negeri. Akan tetapi jika sejak kecil sudah dibiasakan menyaksikan film-film luar negeri, film produksi Hollywood, WB, dll. Maka ketika dewasa mereka akan cenderung lebih condong ke film-film produksi luar negeri, dan kurang bisa menghargai produksi film dalam negeri seperti mereka yang sejak kecil dibiasakan mendengar dan melihat bahwa produksi dalam negeri juga tidak kalah bagus.
Oleh karena itu, sebaiknya mulai dibiasakan kepada anak-anak untuk mengaggumi dan menggemari hasil produksi dalam negeri, sehingga sejak kecil terbentuk mental yang bangga dengan negeri sendiri.